Surveilans Kepadatan Tikus Dan Deteksi Schistosomiasis di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah


Demam keong atau schistosomiasis atau bilharziasis adalah penyakit parasitik kronis menular yang disebabkan oleh cacing trematoda darah dari genus Schistosoma yang ditularkan melalui keong Oncomelania hupensis lindoensis. Demam keong berdampak buruk pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini berakibat fatal jika terlambat penanganannya. Selain dapat menyebabkan kematian, penyakit ini juga berisiko menyebabkan stunting pada anak-anak.

Pencegahan dan pengendalian penyakit demam keong dilaksanakan secara komprehensif lintas sektor dan lintas program. Hal ini telah dilakukan sejak tahun 1974 dengan berbagai metode, yaitu pengobatan penderita dengan minum obat Praziquantel, pemberantasan keong penular dengan moluskisida, dan perbaikan sarana irigasi di daerah persawahan (agro engineering).

Kabupaten Poso merupakan salah satu daerah endemis schitosomiasis. Pada tahun 2019 dilaporkan kasus positif sebanyak 18 orang, tahun 2020 kasus positif sejumlah 23 orang, tahun 2021 kasus positif sebanyak 47 orang, dan pada tahun 2022 kasus positif sejumlah 244 orang. Terjadi peningkatan kasus selama empat tahun terakhir.

Pada tanggal 26 - 30 September 2023, perwakilan dari BBTKLPP Yogyakarta, dr. Nur Subagyo, M.P.H. berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Surveilans Kepadatan Tikus dan Deteksi Schistosomiasis di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Kegiatan yang dilakukan adalah memasang trap tikus, mengidentifikasi tikus, dan mengidentifikasi keong yang didapat di lokasi kegiatan. Identifikasi tikus dilakukan dengan cara memperhatikan morfologi dan mengukur morfometri tikus, dilanjutkan dengan deteksi infeksi cacing maupun telur S. japonicum dengan cara membuka perut tikus lalu mencari cacing dewasa maupun telur cacing pada paru, hati, dan vena mesenterika usus. Pengambilan sampel keong perantara menggunakan metode man per minute yaitu: setiap pengambil keong mengambil keong selama lima menit, diulang beberapa kali sampai semua area plot tercakup. Metode pemeriksaan keong dengan cara pemecahan cangkang keong (crushing method). Pecahan keong diletakkan pada object glass dan dilihat di bawah mikroskop untuk menemukan serkaria S. japonicum.

Lokasi kegiatan di Kecamatan Lore Peore meliputi empat desa, yaitu: Siliwanga, Wanga, Watutao, dan Betue. Di Desa Wanga ada dua fokus keong, yaitu ladang kopi dan ladang jagung. Setiap fokus dipasang 25 trap (total 50 trap dalam satu desa). Di Desa Watutau ada 1 fokus keong dan dipasang 50 trap. Di Desa Siliwanga ada 1 fokus keong dipasang 50 trap. Di Desa Betue ada 1 fokus keong berupa ladang coklat dan jagung, dikarenakan wilayah fokus keong tidak luas maka dipasang 30 trap. Tikus tertangkap berjumlah enam ekor tikus dengan rincian 66,56% Rattus exulans (4 ekor), 33,33% Rattus hoffmanni (2 ekor), Komposisi jantan sebesar 66,56% (4 ekor) dan betina sebesar 33,33% (2 ekor). Tikus tertangkap berasal dari fokus Desa Wanga 3 ekor, fokus Desa Watutau 2 ekor dan fokus Desa Betue 1 ekor. Dari 6 ekor tikus yang tertangkap hanya 1 tikus dari fokus Watutau ditemukan cacing dewasa maupun telur cacing Schistosoma japonicum. Keong positif serkaria ditemukan di fokus Desa Wanga, Desa Watutau, dan Desa Siliwanga. Berdasarkan hasil kegiatan ini disimpulkan bahwa dari empat desa, hanya di Desa Betue yang tidak ditemukan keong positif.